Boundaries: Cara Lembut Buat Jaga Diri

 

Kamu pernah gak sih ngerasa capek banget tapi tetap bilang “iya”?

Setuju bantuin ini-itu, padahal kamu udah pengin istirahat. Terus ujung-ujungnya nyesel, tapi tetap gak enak kalau nolak.

Tenang, kamu gak sendiri. Banyak dari kita dibesarkan dengan pikiran bahwa jadi “baik” artinya selalu bisa diandalkan, selalu hadir, selalu mengiyakan.

Padahal, kalau dipikir-pikir… gimana bisa jaga orang lain, kalau kita gak jaga diri sendiri dulu?

Batasan pribadi—yang sering disebut boundaries—bukan tentang jadi egois. Tapi tentang tahu kapan harus bilang “cukup”, supaya kamu gak habis-habisan untuk semua hal… kecuali diri kamu sendiri.

Nah, yuk kita ngobrolin pelan-pelan. Mungkin kamu juga pernah ngerasain ini:

Kamu sering bantu orang, tapi kesel sendiri.

Di depan bilang “gak apa-apa”, tapi dalam hati ngerasa dimanfaatin. Ini bukan salah orang lain sepenuhnya—kadang kita memang belum kasih tahu batasnya di mana.

1. Kamu takut dianggap berubah atau jahat.

Padahal, jujur tentang apa yang kamu bisa dan gak bisa itu bukan kejahatan. Itu bentuk sayang yang dewasa: gak memaksakan diri, gak membiarkan orang lain terus-terusan melewati zona nyaman kita.

2. Kamu mulai lelah tapi gak tahu kenapa.

Seringnya karena energi kamu habis untuk hal-hal yang gak sesuai kapasitasmu. Kita gak bisa jadi segalanya untuk semua orang. Dan itu gak apa-apa.

Terus, mulainya dari mana?

1. Latihan nolak hal kecil dulu. Kayak nolak ajakan nongkrong pas kamu pengin istirahat.

2. Gak harus langsung to the point. Kamu bisa mulai dengan: “Maaf ya, aku belum bisa bantu yang itu.”

3. Kasih waktu buat mikir sebelum jawab. Misalnya: “Boleh aku pikir-pikir dulu gak?” Itu juga bentuk batasan.

4. Evaluasi: hal-hal mana aja yang bikin kamu merasa terpaksa, gak enak, atau kehilangan energi. Dari situ, kamu bisa kenalin pola dan mulai ambil kendali lagi.

Akhirnya...

Punya batas bukan berarti kamu dingin atau gak peduli. Justru karena kamu peduli—kamu mau hadir secara utuh, bukan setengah hati.

Dan untuk bisa hadir penuh, kamu perlu ruang aman buat dirimu sendiri juga.

Menolak itu bukan menutup pintu. Tapi belajar membuka jalan buat diri sendiri—supaya kamu tetap utuh, meskipun gak bisa hadir untuk semua orang setiap saat.

Sumber:

Setiawan, Aditya. Sulit Menolak? Mungkin Kamu Perlu Belajar Menetapkan Batasan Sehat. Tirto.id. Diakses 7 Juli 2025 dari:

https://tirto.id/sulit-menolak-mungkin-kamu-perlu-belajar-menetapkan-batasan-sehat-gSRN

Galih Lintang - CW Batch 4

Senandika Community

Senandika adalah komunitas yang bergerak pada bidang personal growth khususnya self-improvement, leadership skill and career preparation. Senandika adalah kata buatan dari dua bagian yaitu "senada" dan "unik" yang memiliki makna mencerminkan pertumbuhan,keunikan dan dinamika yang berkembang. Kata "nada" menggambarkan peningkatan secara bertahap dalam kekuatan, dimana satu nada saja tidak cukup dan membutuhkan banyak nada untuk membuatnya indah. "Nada" dapat mewakili perjalanan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang bertahap. Sedangkan, "unik" merujuk pada sifat yang khas, istimewa atau berbeda yang dapat mewakili keunikan setiap individu dalam komunitas. Jadi, secara keseluruhan dapat diartikan sebagai perjalanan keunikan dan pertumbuhan yang menciptakan harmoni dan keindahan, sampai menghasilkan suatu karya yang memukau.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama