Setuju nggak sih, sekarang di berbagai platform media sosial orang-orang ramai pakai istilah 'FOMO'? Dengerin lagu yang lagi booming disebut FOMO, ikut bikin tren disebut FOMO, pokoknya kalau ikut-ikutan hal yang lagi populer dibilangnya FOMO terus. Memangnya iya, ya?
Padahal, nggak semua hal yang kita ikuti itu selalu karena takut ketinggalan, kan? Kadang cuma karena ingin nyoba hal baru, atau sekedar penasaran. Tapi masalahnya, kalau terus-terusan takut nggak update, kita bisa kehilangan arah, bahkan kehilangan diri sendiri. Nah, di sinilah muncul istilah lain yang nggak kalah penting dan membahayakan: krisis identitas.
Banyak orang sekarang ngerasa “nggak tahu siapa dirinya sebenarnya” karena terlalu sibuk menyesuaikan diri sama tren. Pertanyaannya, “Kenapa FOMO bisa sampai bikin krisis identitas?” Yuk, kita bahas di artikel ini!
Apa Itu FOMO & Kenapa Bisa Terjadi?
Dari tadi, kita udah sebut-sebut kata 'FOMO', tapi sebenarnya FOMO itu apa sih?
Nah, jadi FOMO itu singkatan dari 'Fear Of Missing Out', yang maknanya adalah perasaan takut dan cemas karena merasa ketinggalan dari aktivitas orang lain. Pokoknya FOMO itu kayak rasa nggak tenang kalau liat orang lain “lebih duluan” dari kita—entah itu dalam hal tren, pencapaian, atau bahkan kebahagiaan. Kadang tanpa sadar, kita jadi ngerasa harus selalu ikut biar nggak dianggap ketinggalan zaman
FOMO ini valid, nggak salah sama sekali, tapi kalau terlalu sering bisa bahaya juga. Semua orang dari berbagai belahan dunia, berbagai latar belakang, usia, semuanya bisa merasakan FOMO. Terus, kenapa kita bisa FOMO?
Pengaruh Media Sosial 🤳🏻
Kita yang hidup di era media sosial yang sudah seperti kebutuhan sehari-hari. Dengan media sosial kita jadi lebih banyak melihat berbagai macam kehidupan orang lain. Sadar atau tidak, kita jadi lebih sering juga membandingkan diri dengan orang lain. Mirisnya, hal seperti ini tak dapat kita hindari dalam kehidupan sehari-hari. ang bsa dilakukan hanyalah mengurangi intensitasnya.
Lingkungan Pertemanan 🎯
FOMO bisa muncul dari pengaruh lingkungan kita. Teman beli ini, kamu ikut-ikutan beli. Temanmu bilang trend ini bagus, kamu langsung ikuti. Kelihatan jadi seperti kurang berpendirian. Maka dari itu, carilah lingkaran pertemanan yang positif. Kalau kita punya lingkungan pertemanan yang suka melakukan hal-hal seru, kita akan merasa terdorong untuk melakukan hal-hal yang serupa supaya tidak dianggap ketinggalan.
Kebiasaan Membandingkan Diri 👎
Semua orang berjalan di hidupnya masing-masing. Kamu hanya perlu fokus berjalan di jalanmu sendiri, tanpa perlu merasa rendah atau iri. Sayangnya, dalam realitanya tak semudah dan seindah kata-kata seorang motivator. Kamu hidup setiap hari dalam berbagai fase. Suatu hari kamu pasti pernah melihat update pencapaian temanmu yang diunggah ke media sosial dan kamu mulai merasa dirimu tidak berguna dan tidak ada apa-apanya dibanding orang lain. Akibatnya, kamu mulai merasa tidak puas atas hidup yang kamu miliki.
Haus Validasi 🎭
Manusia secara alami memiliki kebutuhan untuk merasa diterima dan dihargai oleh orang lain. Rasa ingin dapat pengakuan dan penerimaan dari orang lain, bikin kita sibuk menjadi seperti apa yang kebanyakan orang mau. Dan yah, ini bisa mengikis identitas kita perlahan-lahan.
Kurangnya Rasa Percaya Diri 🤡
Rasa insecure atau kurangnya kepercayaan diri, bikin kita ngerasa harus mengikuti hal-hal yang orang-orang suka agar bisa diterima. Sayangnya, nggak semua orang suka caramu meniru secara berlebihan. Kamu bisa dianggap sebagai orang yang gak punya pendirian sama sekali.
Dari FOMO jadi Krisis Identitas
Kalau liat hal-hal penyebab FOMO di atas, kita bisa narik kesimpulan kalau FOMO itu bikin orang kehilangan fokus sama diri sendiri, akhirnya lebih sibuk nyari validasi orang lain daripada makna hidupnya sendiri.
Krisis identitas muncul saat seseorang bingung: “Sebenarnya, aku itu siapa sih?” atau “Aku beneran ingin lakuin hal ini, atau cuma ikut-ikutan?”. Kenapa begitu? Karena orang yang udah tau siapa identitas dirinya, ga akan bingung sama hal-hal yang bakalan dia lakuin. Saat seseorang tahu siapa dirinya, secara otomatis seperti ada filter dalam diri: “Hal ini sejalan nggak sama tujuan hidupku?”. Setiap langkah yang diambil menunjukkan kredibilitas diri.
Kalau bisa diibaratkan, kebanyakan FOMO itu kayak kita ngikutin arus biar nggak tenggelam, tapi kita nggak tahu arah jalan pulang.
Gimana Cara Mengatasinya?
✅ Sadar FOMO itu wajar tapi jangan sampai mengatur hidup
Perlu diingat, FOMO itu wajar dan nggak salah, tapi bisa jadi bahaya kalau kita terlalu berlebihan dan nggak tahu tujuan. Jangan biarkan hidup kamu sepenuhnya diatur oleh FOMO, karena kamu juga berhak bertumbuh sesuai dengan apa adanya dirimu.
✅ Kurangi waktu penggunaan media sosial dan perbanyak refleksi
Seperti yang kita tahu, media sosial sering membuat kita membandingkan diri dengan orang lain, padahal yang perlu kita lakukan adalah perbanyak refleksi diri. Refleksi diri bisa dilakukan dengan berbagai hal, contohnya journaling atau sekedar ngobrol sama diri sendiri: “Apa tujuan terbesar dalam hidupku?”.
✅ Fokus pada proses diri sendiri
Kamu cuma perlu bandingin diri kamu yang sekarang dengan diri kamu yang kemarin apakah lebih baik atau tidak, bukan dengan proses orang lain. Karena setiap orang berproses di jalannya masing-masing.
✅ Belajar untuk JOMO
JOMO (Joy Of Missing Out), menikmati proses sendiri tanpa selalu update tentang orang lain.
Jadi, Kesimpulannya...
Di era media sosial seperti sekarang, FOMO memang jadi hal yang hampir nggak bisa dihindari. Kita hidup di tengah arus informasi yang cepat, tren yang silih berganti, dan budaya pamer pencapaian yang bikin kita mudah merasa tertinggal. Tapi kalau terus-terusan mengikuti arus tanpa tahu arah, kita bisa kehilangan sesuatu yang sangat amat penting, yaitu jati diri kita sendiri.
Krisis identitas sering kali berawal dari hal-hal kecil: ingin dianggap up to date, ingin diterima, ingin terlihat seperti orang lain yang tampak bahagia di layar. Padahal, kebahagiaan yang sebenarnya nggak datang dari validasi orang lain aja, tapi dari rasa cukup dan kenal siapa diri kita. Begitu kita tahu arah hidup dan apa yang benar-benar penting buat kita, perasaan cemas karena takut ketinggalan pun perlahan akan berkurang.
Jadi, sesekali nggak apa-apa kok buat miss out dari hal-hal yang lagi tren. Justru dengan berani berhenti ikut-ikutan, kita sedang memberi ruang bagi diri sendiri untuk tumbuh dengan cara yang lebih autentik. FOMO itu wajar, tapi jangan sampai bikin kita lupa siapa diri kita. Kadang, nggak tahu semua hal bukan pertanda kalau kita tertinggal, tapi tanda kalau kita sedang fokus berjalan di jalur yang benar.
Sumber Referensi:
📖 CIMB NIAGA - Kenali Apa Itu FOMO, Ciri-ciri, Hingga Cara Mengatasinya
📖 UVERS - FOMO di Era Digital : Mengapa Ini Terjadi dan Bagaimana Mengatasinya?
Karina Arfyan Chairunnisa - CW Batch 5
