Doa dan Tuhan For Our Life: Career and Leadership Roadway


Orang tua kita pasti selalu bilang, “jangan lupa berdoa, biar berkah.” YUPS! That’s not just a cliché word. Zaman now, menjalani kehidupan yang serba huru-hara perlu punya yang namanya pegangan. Dan ini menyangkut keterlibatan Tuhan serta doa. EEIITSSS, DISCLAIMER! Ini bukan konten ceramah agama, I just want to share how God guided us in a pretty unexpected way. Sebagai Gen Z yang digadang-gadang bakal jadi “leader masa depan,” urusan persiapan pendidikan, karir, dan skillnya akan jauh lebih kompleks. Harus multitasking, paham digital, beretika baik, kuat mental, dan bahkan harus punya skill leadership. Biar apa? Ya biar (at least) bisa memimpin dan mengontrol diri sendiri. Even though, bukan berarti kita harus jago nguras air laut atau jadi ultraman at the same time yaa!! HIHI JUST KIDDING.

Nah, di tengah hiruk-pikuk soal target, achievement, dan ekspektasi-ekspektasi yang berusaha untuk dipenuhi ini. Doa atau hubungan sama Tuhan tuh sering banget dianggap “old-school.” Emang masih relevan? Emang ngandelin doa doang bakal kenyang? Oke, tentunya emang nggak instan. Tapi, doa ini akan jadi device yang membantu kita achieve apapun yang kita mau. Alright! Let’s dig a little deeper into this topic.

1.   DOA NGGAK CUMA BUAT YANG LAGI “APES”

Ngaku deh, banyak dari kita yang baru inget doa dan ibadah pas lagi “kepepet.” Lagi bad day, sedih, dighosting dosen pembimbing, atasan ngomel, pokoknya pas lagi hancur lebur banget, baru deh inget Tuhan. Padahal doa is not only panic button, but also the daily check-in untuk hubungan kita dengan “Sang Pemilik Kehidupan.” Ayo kita ibaratin ke lagu ini. “Malam chaos ini, ku terasa sepi. Tak mau sendiri, I need you here with me. Aku pilih madu, manis kayak kamu.” Artinya gini, when life sucks and no one able to help us. Tuhan akan ada untuk kita dengan segala manisnya janji yang nggak pernah ingkar. Dengan doa kepada Tuhan (no matter our conditions are) bakal jadi reminder bahwa kita nggak sedirian di dunia yang full of expectations ini. Ada Tuhan tempat kita bersandar, minta arahan, atau sekedar curcol tanpa dijudge. Tentunya dengan komunikasi lewat doa.

Buat Gen Z, this is really important for our career or leadership roadway. Why? Karena, percaya deh. Pada level manapun kita berkarir. Mengejar pendidikan, pekerjaan, leader untuk tim kecil atau tim besar, organisasi kampus, bahkan sampai menentukan tujuan pribadi. Akan ada pada titik di mana kita ngerasa stuck. No idea, logika nggak jalan, to-do list nggak sesuai rencana, dan semua ngebuat kita overwhelmed. Thus, God should always be in our pinned chat list. PERIODT!

2.  CAREER AND LEADERSHIP ROADWAY: NGGAK CUMA SOAL OTAK TAPI JUGA HATI

Lagi ngejar PTN, Lagi ribet tugas kuliah atau skripsian, mau dapat pekerjaan, mau naik jabatan, semua emang harus pintar mengandalkan otak dan logika. Namun, terkadang semua ambisi-ambisi tersebut perlu ditone-down. Bukan artinya ambisi tersebut direndahkan, tapi ditata dengan penuh ketenangan. Of course, nilai-nilai yang seperti itu akan tumbuh dari ruang reflektif kita. Seperti, saat kita ngobrol ke Tuhan.

Kalian pernah dengar nggak, pepatah bilang gini, tangan yang terlalu jauh akan tersandung sendiri. Kalimat ini ngasih interpretasi ke kita kalau sekeren apapun manusia berencana, ada Tuhan yang telah menetapkan semuanya. Kalimat itu simple, tapi cukup nge-remind kita yang kadang lalai dan buta sama ambisi serta ekspektasi duniawi yang nggak ada habisnya. That’s why, kita butuh Tuhan. Imbangi semua usaha kita dengan doa. Doa bukan soal lemah, apalagi nyerah. Otherwise, this is the way for us to keep grounding and realistic. Jadinya, biar kita bisa “ngerem” dikit dari ambisi yang kelewat batas. Biar kita juga nyadar kalau ada kekuatan lebih hebat yang bisa kita ajak kerja bareng.

3.  DOA AS OUR MORAL GPS

Dalam perjalanan kita menemukan karir, atau saat menjadi seorang pemimpin (no matter what’s your level). Pasti sering banget nemu tikungan problem yang bikin pusing tujuh keliling. Nah, at this point, logika doang kadang jadi kurang solutif. You know lah, Gen Z pasti akan ngerasa labil dan mau pertimbangin yang terbaik. Thus, kita butuh kompas moral. Yups, tentu lagi dan lagi aku mau bilang, ini adalah peran doa. Doa bisa jadi GPS to stay on track. Seperti yang sudah kita bahas di poin sebelumnya, dengan berdoa kita diingatkan buat nggak ngelangkah terlalu jauh dari nilai-nilai ketuhanan. Jadinya, kita akan lebih aware sama suara hati sendiri. Lebih berani ngelakuin yang benar serta bijak pas ngambil Keputusan.

Moreover, doa bakal nge-lead kita untuk “sadar diri, sadar posisi.” Kenapa bisa? Jadi gini, kadang dalam perjalanan karir, apalagi ketika berada pada posisi tinggi dan mulai dihormati. Kita bisa keasyikan, petantang-petenteng, dan “ngebut” sampai lupa siapa diri kita. Makanya, penting untuk melibatkan Tuhan. Saat hal ini udah jadi habit, kita nggak akan mudah silau sama kedudukan. Intinya, biar kita tetap merendah walau kita sedang meroket. Meanwhile, pas kita lagi tersesat atau clueless. Doa bisa jadi GPS yang bakal recalculating rute kita. Dalam apapun yang kamu yakini, Tuhan nggak pernah minta kita buat sempurna, tapi kita diperintah untuk selalu mengandalkan-Nya.

4.   DOA ADALAH HEALING

Pernah nggak sih kamu ngerasa kamu udah cukup. Kayak semisal “wah, aku udah sejauh ini, dan aku hebat karena nggak nyerah.” Atau, justru kamu sering blunder sama diri sendiri. Marah dan mempertanyakan diri sendiri kayak “kok aku gini-gini aja sih, hidup kok gini amat, aku capek!” Di kondisi-kondisi kayak gitu, berdoa bisa ngasih healing dan reflection time termudah. Dalam berdoa kita nggak cuma asking for something tapi bisa juga jadi cara untuk confess perasaan dan keresahan kepada Tuhan. Berdoa adalah ruang teraman buat acknowledge diri sendiri. Jadi, sebelum memutuskan untuk blaming on yourself, coba dulu balik ke Tuhan. Emang nggak akan dapat jawaban instan. But at least you have someone to talk. That is God.

Last but not least, aku mau bilang. Mungkin di CV atau di LinkedIn kita nggak bisa nyantumin “rajin berdoa” in our skill lists. Akan tetapi, behind all of our skills like communication, problem solving, teamwork, sampai kemampuan menjadi ultraman pun (hahaha), akan disokong oleh satu dasar hidup yang sering banget dikesampingkan. Yaitu, hubungan dengan Tuhan. Hal ini akan bikin kamu jadi stay in line, insane, dan full of positive energy. Once again, kita nggak perlu sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Tugas kita hanya berusaha dan selalu mengandalkan segala kesempurnaan-Nya. Cause in this wild, chaotic world, sometimes the biggest wins come from the quietest moments.

Artikel ini bersumber dari pemikiran pribadi penulis.

Imelda Iza Afkarina - CW Batch 4
Senandika Community

Senandika adalah komunitas yang bergerak pada bidang personal growth khususnya self-improvement, leadership skill and career preparation. Senandika adalah kata buatan dari dua bagian yaitu "senada" dan "unik" yang memiliki makna mencerminkan pertumbuhan,keunikan dan dinamika yang berkembang. Kata "nada" menggambarkan peningkatan secara bertahap dalam kekuatan, dimana satu nada saja tidak cukup dan membutuhkan banyak nada untuk membuatnya indah. "Nada" dapat mewakili perjalanan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang bertahap. Sedangkan, "unik" merujuk pada sifat yang khas, istimewa atau berbeda yang dapat mewakili keunikan setiap individu dalam komunitas. Jadi, secara keseluruhan dapat diartikan sebagai perjalanan keunikan dan pertumbuhan yang menciptakan harmoni dan keindahan, sampai menghasilkan suatu karya yang memukau.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama