Dalam istilah lama, “kerja keras banting tulang” adalah standar kesuksesan. Meanwhile, Gen Z yang katanya generasi “si paling rebel” ini, datang dengan segala gebrakan work-life balance yang ternyata efektif juga untuk etos kerja atau belajar. Kalau dulu kerja keras banting tulang. Sekarang, wajib hukumnya untuk “kerja cerdas hidup berkecukupan.” LOL! However, jangan sampai salah sangka. Bukan berarti Gen Z anti kerja keras dan nggak ada ambisi untuk kesuksesan. Namun, Gen Z percaya bahwa hidup bukan cuma soal kerjaan doang. Tapi, harus aware juga dengan kesehatan fisik dan kewarasan mental. That’s why, konsep work-life balance menjadi pegangan teguh bagi Gen Z to survive this “adorable” world. But! Is our life was really pursued a work-life balance, or we just wasting time? Let’s talk about it as Gen Z to Gen Z.
Know Yourself, Know Your Limits
As what I mentioned before, Gen Z cenderung sudah aware akan pentingnya kesehatan fisik dan kewarasan mental. So, dari sini kita wajib paham bahwa apa yang kita rasakan adalah tanggung jawab diri kita sendiri. Ketahui goals-mu dan ketahui juga batasan capek yang kamu punya. Contohnya gini:
1. Jangan nunggu burnout dulu lalu baru mau istirahat.
2. Jangan nunggu asam lambung naik dulu baru mau makan.
3. Jangan biasakan ngerjain tugas pas udah mepet deadline.
Alasannya apa? Ya karena biar nggak buru-buru. Dengan gitu, kita akan bisa mikir lebih jernih dan lebih kreatif. Kesehatan akan lebih terjaga, mental juga lebih waras.
Percuma ngomongin work-life balance sana-sini kalau ternyata kita sendiri nggak paham goals dan kewajiban. Ingat! Work-life balance ala Gen Z itu bukan berarti “haha-hihi dahulu, gedebak-gedebuk kemudian.” Tapi tetap “berakit-rakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Prinsip mudahnya gini:
Kerja itu penting, tapi hidup yang seimbang juga lebih penting. So, pastikan saat kerja atau belajar itu yang fokus, tapi pas capek ya jangan lupa istirahat yang cukup.
Life Productivity and Flexibility
Produktivitas (productivity) artinya adalah efisiensi sistem dan kemampuan untuk menghasilkan output yang kita mau in a specific time. Kemudian, fleksibilitas (flexibility) merujuk pada kemampuan kita untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan. Jadi, maksud dari life productivity and flexibility di sini adalah kemampuan kita untuk mengoptimalkan kewajiban-kewajiban dengan benar tapi tetap bisa dinamis sesuai dengan keadaan. Stop yapping! Relasinya sama work-life balance apa? Alright, konteksnya dalam pembahasan work-life balance adalah seperti ini: kita harus bekerja atau belajar sebaik mungkin, tapi juga boleh punya hobi atau kegiatan luar yang bikin kamu happy.
Some of overthinking questions: Boleh nggak sih aku tetep update K-pop meskipun udah kerja? Boleh nggak sih aku ikut cat lover community sambil skripsian? Boleh nggak sih aku aktif di skateboard club sambil kuliah? Boleh nggak sih aku kerja freelance aja?? OF COURSE!! Why not gengs?? Hobi kamu akan jadi pendorong untuk kamu. Asalkan kamu juga harus bisa mengontrolnya. Jangan hobi terus biar nggak wasting time, tapi juga jangan kerja terus biar work-life balance kamu tetap terjaga.
Self Care itu Boleh, Terkontrol itu Harus
Sebelumnya, kita udah bahas ya. Kita boleh lakuin hobi sebagai bentuk istirahat. That what so called self-care. Kita boleh banget take a break, nonton update K-pop, main game, baca novel, olahraga, atau sekedar rebahan sambil dengerin playlist Spotify. Itu semua sah-sah aja. Lagian, tubuh sama pikiran kita sebenarnya selalu butuh jeda buat bisa jalan lagi dengan lebih fokus dan lebih semangat. So please never feel guilty kalau sesekali mau kasih waktu untuk diri sendiri.
Akan tetapi, ada satu hal yang penting untuk dicatat. Biar konsep work-life balance kita nggak malah jadi wasting time. Yaitu, kontrol. Self-care bukan artinya kita lepas dari tanggung jawab sampai lupa waktu. Please!! Bedain mana yang namanya istirahat, mana yang malas-malasan. Self-care tanpa adanya self-control itu juga bisa berbahaya. Hal yang awalnya healing malah jadi bumerang untuk diri kita. Kerjaan jadi numpuk, dateline terlupakan, atau bahkan tubuhmu akan jadi lebih lemah karena kebanyakan rebahan. Jadi, to all my Gen Z fellas, ayo sama-sama belajar buat nikmati self-care dengan bijak dan terarah.
Cara Kecil Kontrol Diri
Yups! Emang nggak mudah untuk self-control. Tapi, as a Gen Z yang super tech-person, mungkin kita bisa manfaatkan teknologi untuk bantu kita membagi waktu. Kamu bisa pakai berbagai macam aplikasi atau website. Contohnya kayak notion, google planner, dan sebagainya. Di sini tipis-tipis bakal dispill beberapa tips untuk jaga keseimbangan antara kerja dan hiburan.
1. Mungkin kamu bisa coba time blocking.
Bagi waktu kamu antara kapan harus fokus kerja. Kapan mau istirahat. Misalnya: pagi jam 7 sampai siang jam 2 adalah jam kerja. Di situ kamu nggak boleh scroll sosial media sama sekali. Kalau kesusahan kamu bisa coba pakai teknik pomodoro, atau teknik lain yang “kamu banget.” Lanjut sore jam 3-6 kamu boleh istirahat. Malam jam 7-8 meeting online, terus jam 9 atau 10 istirahat lagi. Dan seterusnya.
2. Buat daily schedule dan skala prioritas.
Untuk ini, kamu juga bisa buat dengan memanfaatkan aplikasi. Atau, kalau kamu anaknya super aesthetic, boleh banget ditulis di buku dengan sticky notes kiyowo favorit kamu. Tujuannya biar kamu bisa aware sama semua kegiatan dan deadline yang perlu dilakukan. But again, kamu harus disiplin dengan diri sendiri.
3. Set boundaries.
Intinya, kamu harus tahu dan paham terkait diri kamu sendiri. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Selain itu, jangan selalu mengorbankan dirimu untuk orang lain atau untuk kerjaan. Coba stop iya-iya aja. You have the right to say NO! Ketika kamu memang sedang lelah, istirahat sejenak. Kalau emang nggak mampu dan kamu nolak, ya nggak masalah. Kamu nggak punya kewajiban untuk selalu jadi sempurna.
Akhir kata, kita bisa saling sepakat bahwa work-life balance ala Gen Z itu bukan tentang malas kerja dan wasting time tanpa tujuan. Akan tetapi, tentang kerja dengan cara yang lebih cerdas, sehat, dan aware dengan keadaan. Jadi gimana? Selama ini kira-kira yang kita lakuin itu udah work-life balance atau cuma sekedar wasting time alias malas berkedok self-care? So, yuk mulai embrace cara kerja yang bikin kamu produktif dan kreatif, tapi juga tetap bikin mental kamu bahagia. Remember, we only live once. Let's cheers, Senanders!
Sumber:
Imelda Iza Afkarina - CW Batch 4