When You Stop Fighting, You Start Healing

 


They say the essence of life is full of suffering. Nggak jarang kita kepikiran kenapa hidup harus menderita? Nggak jarang kita mikir kenapa dunia nggak pernah berjalan sesuai keinginan. Mereka bilang, hidup tuh 1 penderitaan besar, but is it really the whole story? 

Well~ Here's the truth: you don't have to fight your feelings, sometimes it's not about the situation. It feels hard because you're being too hard on yourself.

Seringkali kita salah kaprah. Kita selalu mikir kalau sembuh berarti semuanya harus normal. Harus baik-baik aja, tanpa cela. Padahal ga gitu. Sama kayak luka fisik. Luka mental juga butuh waktu untuk sembuh. Prosesnya berantakan itu wajar. Dan itu semua normal. 

Kalian pasti pernah denger 7 stages of grief kan. Awalnya ketika dunia ga berjalan dengan seharusnya kita pasti shock. Lambat laun, kita mulai denial, nggak mau menerima kenyataan. Terus kita akan marah sama keadaan, marah sama takdir. Terus-terusan nanya “Kenapa harus aku?”. Lalu, ribuan kata “What If” bakal terus kalian pikirkan. Sampai akhirnya, kita akan nemuin cara buat bangkit. Lalu, kita bisa berdamai, menerima keadaan, memaafkan diri sendiri.

Tapi… tentu aja proses 7 stages of grief ga berjalan se-simple itu. Duka bisa hilang dalam waktu singkat. Bahkan, bisa bertahun-tahun. Bisa juga seumur hidup. Ada yang pernah bilang, “Manusia nggak mungkin bisa menerima dirinya secepat itu. Butuh waktu seumur hidup, untuk terus mengenal, memaafkan, dan menerima diri sendiri.”

Memang susah, bukan berarti mustahil. Nggak perlu memaksa diri kalian untuk kuat setiap saat. Cukup biarkan diri kalian untuk merasa. Kalian bisa mulai dengan self-talk, berdialog sama diri kalian sendiri. Bukan untuk berkata kalian cengeng, lemah, atau payah. Tapi untuk berkata “Nggak apa-apa aku gagal, nggak masalah aku sedih, ini semua bagian dari pengalaman hidupku. Aku sangat berharga.” Sebagai manusia, sudah sewajarnya kalian punya perasaan. Kalian manusia biasa, nggak masalah kalau kalian nggak jadi superhero. 

Maafin diri kalian, berbuat baik ke diri kalian sendiri. Gagal dan duka itu bagian dari hidup manusia. Kalian berhenti bertarung, bukan berarti kalian payah. Justru, kalian mulai sembuh. Kalian akan berdamai, dan menerima diri sendiri. Kalian akan merasa sejahtera, tenang, dan bebas. It might take a long time, but you'll get through this. Sama kayak luka fisik, mungkin akan ada bekasnya. Pada akhirnya, bekas itu akan memudar, atau justru kalian akan belajar “hidup” dengan bekas luka itu. 


Sumber:

Milagsita, A. (2025, July 31). Apa Itu Self Acceptance? Ini Pengertian, Tujuan, dan Cara Melakukannya. Detik.com. Retrieved July 31, 2025, from https://www.detik.com/jateng/berita/d-8037969/apa-itu-self-acceptance-ini-pengertian-tujuan-dan-cara-melakukannya


Tarigan, D. S. B. (2024, March 16). Mengenal Positive Self Talk: Trik Mengembangkan Karakter Positif pada Anak. Buletin KPIN. Retrieved July 31, 2025, from https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1496-mengenal-positive-self-talk-trik-mengembangkan-karakter-positif-pada-anak


Zahra Salsabilla Andira - CW Batch 4

Senandika Community

Senandika adalah komunitas yang bergerak pada bidang personal growth khususnya self-improvement, leadership skill and career preparation. Senandika adalah kata buatan dari dua bagian yaitu "senada" dan "unik" yang memiliki makna mencerminkan pertumbuhan,keunikan dan dinamika yang berkembang. Kata "nada" menggambarkan peningkatan secara bertahap dalam kekuatan, dimana satu nada saja tidak cukup dan membutuhkan banyak nada untuk membuatnya indah. "Nada" dapat mewakili perjalanan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang bertahap. Sedangkan, "unik" merujuk pada sifat yang khas, istimewa atau berbeda yang dapat mewakili keunikan setiap individu dalam komunitas. Jadi, secara keseluruhan dapat diartikan sebagai perjalanan keunikan dan pertumbuhan yang menciptakan harmoni dan keindahan, sampai menghasilkan suatu karya yang memukau.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama