Pernah relate nggak sih kalau hidup itu rasanya kayak lomba lari tanpa garis finish? Semuanya serba saling mengejar, waktu terasa terlalu cepat, dan tuntutannya pun sangat berat. Udah gitu, kita sendiri kadang masih bingung:
aku tuh maunya gimana sih? Jadi apa ya nanti? Aku ngapain lagi ya? Ini aku ngejar apa sih?
Serta ribuan pertanyaan lain yang berisik di kepala
masing-masing. Tenang, sebenarnya kita nggak pernah sendirian. Ada banyak
sekali yang ngerasain hal sama.
Karena
sejatinya, hidup kita itu selalu berisi a set of problems and solutions
yang akan jadi teka-teki seru untuk kita pecahkan setiap waktu. Maka dari itu,
di sini, Senandika Community hadir buat jadi comfort space untuk kita
berdinamika bersama, sekaligus tempat untuk mengembangkan potensi diri sesuai
keunikan kita masing-masing.
Senandika
itu komunitas yang berfokus untuk self-development, career
preparation, dan leadership. Jadi, udah kebayang kan gimana
keseruannya? Kalau belum kebayang, sini aku spill sedikit dari point
of view-ku sebagai Senanders (sebutan anggota Senandika). Senandika adalah
kata bentukan dari dua kata. Yaitu, “senada” dan “unik.” Keseluruhannya
mencerminkan pertumbuhan, keunikan, serta dinamika yang berkembang. Artinya,
komunitas ini bukan cuma ajang sharing “cuap-cuap” aja, tapi juga learning
hub buat kita yang ingin lebih siap menghadapi dunia nyata. Nggak bakal ada
yang “sok-sokan” paling tahu, karena di sini kita akan belajar, berkembang, dan
berdinamika bareng-bareng.
Oleh karena itu, kalau semisal kamu lagi kejebak di pertanyaan berisik
yang membingungkan di kepalamu, kataku sih mending join Senandika aja! Siapa
tahu, ini awal langkah buat meraih versi terbaik dari dirimu.
Journey as Senanders: Dari Gabut ke Join Senandika Community
![]() |
@lifeassenanders on Instagram |
Pernah dengar lirik lagu yang ini nggak?
Kisah ini berawal dari Instagram…...
Iya, betul, awalnya aku nggak sengaja nemu Senandika waktu lagi scrolling Instagram tengah malam. Captionnya waktu itu: “open recruitment Senanders.” Lihat itu, nggak ngerti kenapa aku langsung penasaran. Mungkin karena saat itu posisiku sedang dalam masa “kosong” habis sidang skripsi, nunggu wisuda, belum kerja, dan dapat tekanan sana-sini terkait ekspektasi kehidupan. Iseng buka profil Instagramnya, ternyata ada opportunity yang sesuai banget sama bakat dan minatku.
Lanjut scroll aku melihat kalau Senandika kontennya sangat insightful, mereka juga sering menyelenggarakan event seru terkait self-development, personal branding, serta leadership. Semuanya terlihat amat sangat relatable buat aku yang saat itu ngerasa stuck dan overthinking masalah arah hidup (karir).
Tapi, tetap. Sebagai Gen Z yang agak “plin-plan”. Saat itu aku sempat mikir, "ini beneran bakal ngebantu nggak ya?” (Spoiler alert! Setelah join dan keterima, jawabanya 100% iya, GONG!). Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku memutuskan untuk daftar pada divisi content writer. Saat itu aku nggak ada ekspektasi apapun. Prinsipku kalau misal tertolak akan jadi bahan evaluasi diri, dan jika diterima aku berjanji untuk try my best dalam mengembangkan potensi yang memang sudah ada dalam diriku, yaitu tulis menulis. Atas izin Tuhan, ternyata aku diterima.
Now here I am! Aku punya kesempatan untuk bekerja sama dengan seluruh tim Senandika Community yang orang-orangnya super luar biasa!
Hal-hal yang Nggak Akan Aku Pahami Kalau Nggak Join Senandika
1. Tahu Kalau Self-Development Itu Bukan Cuma Teori
Far before I joined Senandika, bagiku yang namanya self-development itu cuma soal baca buku motivasi, dengar podcast, atau ikut seminar.
Namun, di Senandika aku sadar.
Pengembangan diri itu sebuah perjalanan. Banyak up and down dalam prosesnya, semua hal itu sifatnya normal. Di Senandika aku merasa karyaku selalu bebas, serta aku punya suara yang selalu didengar. Dari situ, aku jadi sadar kalau yang namanya hidup nggak akan serumit isi kepala kita, asalkan kita terus menjalani sebaik yang kita bisa. Kalaupun dalam perjalannya nanti akan gagal, at least kita telah mencoba. Itu lah wujud nyata bahwa diri kita telah “sebenarnya” berkembang.
2. Tahu Kalau Aku Bisa Lebih Percaya Diri
Senandika memberikan kita kesempatan untuk selalu berkarya. Seperti yang aku mention di awal, di sini aku ngerasa kalau suara aku selalu di dengar dengan bebas. Dari situ aku jadi lebih percaya diri dalam nge-improve skill. Terutama dalam kepenulisan, since aku gabung di divisi content writer.
Setiap ada meeting, baik internal divisi, meeting dengan CEO, ataupun meeting besar “meet all Senanders,” kita selalu diberi kesempatan sama dalam berbicara. Aku yang dulu selalu mules kalau disuruh ngomong depan banyak orang, sekarang malah enjoy banget berpendapat.
![]() |
Meet All Senanders |
Percaya sama aku, di sini nggak ada yang nge-judge kalau suara kamu gemetar atau belibet pas berpendapat. Malah, kamu bakal dapat respon dan koreksi yang sangat bermanfaat.
3. Tahu kalau Leadership Idealnya Mulai dari Diri Sendiri
Buat aku, kata “leader” itu dulu identik sama orang-orang extrovert yang karismatik 1000% “rizzzzz”. Namun, sekarang pandangan itu sudah berubah. Siapa sangka, Senandika ngajarin kalau leadership itu nggak selalu soal memimpin tim besar dengan project keren super mentereng. Leadership juga berarti bisa me-manage diri sendiri. Baik secara emosional, mental, waktu, dan prioritas. Selain itu, aku juga jadi banyak berlatih bagaimana caranya membuat keputusan yang tepat tanpa gegabah meski keadaan sedang tidak baik-baik saja.
4. Tahu Kalau Karir Nggak Melulu Soal Uang (Gaji)
Lewat Senandika, aku punya kesempatan untuk ketemu banyak orang dari berbagai background dan berbagai pengalaman soal karir. Mereka semua sedang berjuang dalam mengejar passion masing-masing melalui suasana kebersamaan komunitas ini. Meskipun kita tahu di sini kita tidak digaji, namun kenyataannya aku melihat bahwa kebanyakan dari Senanders betah di sini. Mereka gak ninggalin Senandika meskipun mereka punya kesibukan lain, seperti kerja atau kuliah. Bahkan ada yang extend dari batch sebelumnya ke batch berikutnya. Ada juga yang akhirnya berani switch ke bidang baru, misalnya dari graphic design ke content writer, dan lain sebagainya. Makanya, aku jadi ngerti kalau ternyata karir itu lebih dari sekedar angka di slip gaji. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa berkembang dan merasa puas dengan apa yang kita kerjakan.
Moreover, untuk aku pribadi, berdinamika di Senandika malah menjadi bekal untuk karir dalam pekerjaanku sebagai content writer dan copywriter di luar komunitas.
5. Tahu Kalau Support System itu Penting
Salah satu hal paling penting yang aku dapetin dari Senandika Community adalah support system. Di sini, aku ketemu teman-teman yang nggak cuma jadi rekan diskusi, tapi juga cheerleader saat aku lagi down. Mereka selalu saling mengingatkan untuk work-life balance, nggak masalah untuk istirahat sejenak, asal jangan berhenti dan selalu bertanggung jawab.
![]() |
Welcoming Party Senandika Community Batch 3 |
Dari cerita-cerita tadi, aku ingin menyimpulkan bahwa kehidupan kita adalah perjalanan yang tidak perlu selalu sempurna. Akan tetapi harus selalu diusahakan sebaik yang kita bisa. Kalau kamu masih ragu, coba pikir lagi: kapan terakhir kali kamu bener-bener invest waktu buat pengembangan diri? Di Senandika, aku nggak cuma latihan dan praktik skill ataupun self-management, tapi juga tentang jadi versi terbaik diriku sendiri. Jadi, kalau nggak join Senandika, aku nggak akan tahu kalau pengembangan diri itu, bisa se-fun ini. Untuk itu, Ayo berkembang bersama Senandika Community, sekarang!