A Note to Ourselves: Enjoy The Life 🥳

 


“You did well this month!” or “Thankyou for the good work”

2 contoh kalimat tersebut mau diucapkan secara langsung ataupun just lewat chat, kayaknya aura 100000++ itu masih bisa terasa banget yah Senanders 😎🌞

Tapi, sayangnya sometimes kita terlalu berharap bahwa kata-kata apresiasi itu datang dari ‘orang lain’ 🥲

Hayo hayo?! yaudah nih kita bahas aja supaya clear yah 👇🏻

Disclaimer dulu yah Senanders, karena konten ini bersumber dari ‘perjalanan pribadi’ jadi semoga hal-hal baik yang sama juga dapat menginspirasi Senanders 🤗🫂

Back to topic, Senanders pastinya gak asing yah sama istilah ‘people pleaser’ maupun berbagai ungkapan yang merujuk ‘hidup ini tuh bergantung banget sama apa yang diucapkan atau diharapkan orang lain dari hidup kita’. 

Miris banget gak sih? Udah banyak berprogress secara pribadi, kerjaan, kapasitas dan masih banyak lainnya, but at the end of the day–balik lagi ke default, “Kok gak ada yang memuji kinerjaku hari ini yah? Oh berarti aku gak bagus nih”. 

1. Belajar Menghargai Proses Diri

Duh, hari ini masih susah buat menghargai setiap step yang udah kamu jalani? Yuk kita budayakan merayakan walaupun kecil-kecilan aja bahwa apapun hasil yang ada di tanganmu saat ini, itu bentuk kerja keras + proses + doa + air mata yah 🥰 So, kalau gak semua orang setiap waktu ucapin apresiasi itu, because they’re not in your shoes, okay? so they can’t see everything you already gave, the process and everything. It’s actually as simple as that.

2. Mengelola Apresiasi Maupun Kritik

Ibaratnya gelas kaca yang kosong, ketika diisi air terlalu banyak maka air tersebut akan ‘meluber’ tapi kalau hanya diisi sedikit air, maka orang juga tidak bisa minum. Nah, kita manusia juga begitu: 

- kalau terlalu banyak apresiasi = sombong.

- kalau terlalu banyak kritik = down.

- kalau terlalu sedikit apresiasi = merasa unworthy.

- kalau terlalu sedikit kritik = gak bisa upgrade kapasitas diri.

Nah memang serba salah, so baiknya dikelola sesuai situasi atau kondisi yah Senanders. Sekiranya bermanfaat untuk mengembangkan diri bisa diterima, tapi kalau sekiranya merusak diri maka cukup ucapkan terimakasih sebagai tanda apresiasi = masih ada orang memberikan kritik/masukan itu tandanya masih ada yang peduli dengan kita 🌞

Jadi no more sedih-sedihan again yah Senanders? Memang kita gak bisa kontrol respon/opini orang-orang di sekitar, tapi dengan selalu belajar mengontrol pemikiran/perasaan diri sendiri artinya udah satu langkah lebih dewasa dari diri kita sebelumnya ☺️ Hidup juga kan kayak roller coaster yah, pasti memang akan ada fase kita di bawah tapi juga pasti akan ada fase kita di atas dan on repeat begitu terus ke depannya 🙌 


Enjoy the life itself, now that you know how to control both appreciations and critics–it becomes one of the foundation of yourself 🫂


Artikel bersumber dari cerita personal.


Gabriella - CW Batch 4

Senandika Community

Senandika adalah komunitas yang bergerak pada bidang personal growth khususnya self-improvement, leadership skill and career preparation. Senandika adalah kata buatan dari dua bagian yaitu "senada" dan "unik" yang memiliki makna mencerminkan pertumbuhan,keunikan dan dinamika yang berkembang. Kata "nada" menggambarkan peningkatan secara bertahap dalam kekuatan, dimana satu nada saja tidak cukup dan membutuhkan banyak nada untuk membuatnya indah. "Nada" dapat mewakili perjalanan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang bertahap. Sedangkan, "unik" merujuk pada sifat yang khas, istimewa atau berbeda yang dapat mewakili keunikan setiap individu dalam komunitas. Jadi, secara keseluruhan dapat diartikan sebagai perjalanan keunikan dan pertumbuhan yang menciptakan harmoni dan keindahan, sampai menghasilkan suatu karya yang memukau.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama